Kamis, 16 Mei 2013

Frasa sebagai unsure Pembangun Kalimat dan Klausa sebagai Alat Pembangun Kalimat



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
1.1.1        Latar Belakang……………………………………………………….1
1.1.2        Masalah………………………………………………………………2
1.2  Tujuan Penelitian………………………………………………………...2
1.3  Manfaat Penelitian……………………………………………………….2
PEMBAHASAN………………………………………………………………....3
2.1  Pengertian Frasa dan Klausa …………………………………...……….3
2.1.1     pengrtian Frasa……………………………………………………..3
2.1.2     pengertian Klausa………………………………………………….5
2.2  Frasa sebagai unsure Pembangun Kalimat……………………………..5
2.2.1     Perbedaan Frasa dan Kata Majemuk……………………………...5
2.2.2    Pengelompokan Frasa……………………………………………..6
2.3  Klausa sebagai Alat Pembangun Kalimat……………………………...7
2.3.1     Klausa dalam Kalimat…………………………………………….7
2.3.2  Jenis-Jenis Klausa…………………………………………………8
SIMPULAN………………………………………………………………...….9
SARAN…………………………………………………………………...…...10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………....11




BAB I
PENDAHULUAN
1.1             Latar Belakang dan Masalah
1.1.1    Latar Belakang
sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Kedua bidang tataran itu memang berbeda namun seringkali batas keduanya menjadi kabur, karena pembicaraan bidang yang satu tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang penting tidak lain karena melalui kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksudnya dengan jelas. Satuan bahasa yang sudah kita kepal sebelum sampai tataran kalimat adalah kata dan frasa atau kelompok kata. Kedua bentuk itu, kata dan frasa, tidak dapat mengungkapkan suatu maksud dengan jelas, kecuali jika keduanya sedang berperan sebagai kalimat. Untuk dapat berkalimat dengan baik, perlukita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat. Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek(S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalahberupa tanda baca titik, tanda Tanya,atau tanda seru.penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan bahwa semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang  tidak mempunyai kesatuan bentuk.
Dalam sejarah studi linguistic istilah frase banyak digunakan dengan pengertian yang berbeda-beda. Di sini istilah frase digunakan sebagai satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa, atau satu tingkat berada di atas satuan kata. Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non-predikatif atau gabungan kata yang salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat. Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata berkonstruktif predikatif. Klausa berpotensi jadi kalimat tunggal karena didalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib. Yaitu, subjek dan predikat. Klausa juga berpotensi untuk menjadi kalimat mayor.  Klausa merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di bawah tataran kalimat.


1.2                       Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan perumusan makalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan pengertian frase dan klausa?
2.      Bagaimana frase sebagai pembangun kalimat?
3.      Bagaimana klausa sebagai alat pembangun kalimat?

1.3   Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan pengertian frase dan klausa, bagaimana frase sebagai pembangun kalimat, bagaimana klausa sebagai alat pembangun kalimat.
1.4  Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan di atas, manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah adalah :
1.      Secara teoritis, manfaat penelitian ini adalah dapat digunakan untuk menambah wawasan pengetahuan, mengetahui, dan memperluas tentang apa yang dimaksud dengan pengertian frase dan klausa, bagaimana frase sebagai pembangun kalimat, bagaimana klausa sebagai alat pembangun kalimat.
2.      Secara praktis, manfaat tulisan dapat menjadi sebuah referensi bagi penulisan-penulisan tugas analisis yang akan digunakan untuk kedepannya.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1             Pengertian Frasa dan Klausa
2.1.1 Pengertian Frasa
Banyak ahli tata bahasa yang merumuskan pengertian frasa. Karena frasa merupakan unsur pembangun kalimat, perumusannya selalu dihubungkan dengan fungsinya dalam kalimat. Misalnya Ramlan membatasi frasa dengan rumusan, “frasa ialah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi.”  Kridalaksana membatasinya dengan rumusan, “gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif.”
Berdasarkan duah buah rumusan tentang pengertian frasa tersebut, bisa kita rumuskan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.      Frasa itu merupakan satuan ketatabahasaan.
2.      Frasa itu terdiri atas dua kata atau lebih.
3.      Frasa itu merupakan unsur kalimat yang tidak melewati batas fungsi.
4.      Satuan frasa yang terbesar berada dalam satu fungsi ialah dalam S, P, Pel, O, K.
5.      Sebuah unit konstruksi frasa bisa terdiri atas frasa-farsa yang lebih kecil.
6.      Hubungan antarkomponen frasa itu tidak bersifat predikatif dan tidak bersifat majemuk.
7.      Unsur pembangun frasa bisa kata dan kata, kata dan frasa, dan bisa juga frasa dan frasa.
Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, kita bisa mengidentifikasi semua frasa yang terkandung dalam kalimat di bawah ini.
Di halaman kampus itu/ para mahasiswa/ akan mengadakan/ pertunjukan aneka jenis seni.
Kalimat di atas terdiri atas empat fungsi gramatikal, yakni K + S + P + O. fungsi K (keterangan) terdiri atas tiga buah, yakni di halaman kampus itu, halaman kampus itu, dan kampus itu. fungsi S (subjek) terdiri atas satu frasa, yakni para mahasiswa. Fungsi P (predikat) terdiri atas satu frasa, yakni akan mengadakan, dan fungsi O (objek) terdiri atas tiga buah frasa, yakni pertunjukan aneka jenis seni, aneka jenis seni, dan jenis seni. Skema pembentukan frasa-frasa tersebut di antaranya adalah seperti berikut.
Di halaman kampus itu


 


Di
Halaman kampus itu


Halaman                             kampus itu

Kampus                    itu

Pertunjukan aneka jenis seni


pertunjukan
aneka jenis seni


aneka                                  jenis seni

jenis                          seni

Perumusan skema pembentukan frasa itu didasari maksud dan jeda pembacaan. Karena itu, skema sebuah frasa yang tertulis bisa lebih dari satu macam karena sepenuhnya bergantung pada interpretasi pembaca terhadap maksudnya.

2.1.2 Pengertian Klausa
Klausa ialah satuan gramatika yang merupakan bagian dari kalimat. Satuan gramatika yang berrbentuk klausa ini bisa terdiri atas subjek + predikat + objek + keterangan ( S + P + O + K), atau terdiri atas subjek + predikat + objek (S + P + O), atau subjek + predikat ( S + P ), atau hanya terdiri atas sebuah predikat (P). Dalam  tulisan tampak bertanda baca titik atau tanda baca lain dan diawali dengan huruf besar.
Contoh klausa:
1.       beristirahatlah (P)
2.      kita tidak akan berangkat ( S + P )
3.      kemarin kami berekreasi ke pantai ( K + S + P )

Klausa-klausa di atas jika dilengkapi intonasi lengkap turun atau naik maka satuan tersebut berubah menjadi kalimat, seperti tertulis di bawah ini.
1a. beristirahatlah!
2a. kita tidak akan berangkat?
3a. kemarin kami berekreasi ke pantai.

2.2              Frasa Sebagai Unsur Pembangunan Kalimat
2.2.1 Perbedaan Frasa dan Kata Majemuk
Kedua konsktruksi gramatika ini memiliki persamaan dan perbedaaan. Persamaannya adalah bahwa kedua-duanya termasuk konsktruksi gramatika. Selain itu, baik frasa maupun kata majemuk terdiri atas beberapa kata sebagai unsur pembentuknya. Konstruksi pasar baru, gedung baru, orang tua, anak kecil bisa termasuk frasa dan bisa juga termasuk kata majemuk. Penentuannya bergantung pada maknanya. Konstruksi kata majemuk di atas kita terapkan dalam kalimat.
(1) ibu sedang ke pasar baru untuk membeli ikan asin dan sayur-mayur.
(2) gedung baru I yang sudah terlalu tua itu akan segera dipugar.
(3) orang tua anak itu masih cukup belia.
(4) hai, anak kecil, engkau tidak usah mendengarkan pembicaraan ini.
Jadi, dalam konstruksi kb + ks (kata benda + kata sifat ), antaraunsur frasa bisa disisipkan yang, sedangkan kata majemuk sebaliknya. Untuk dibedakan dengan frasa, kata majemuk memiliki ciri lain, yakni ciri bersusun balik dari kelaziman frasa dan cirri salah satu atau semua unsurnya berbentuk pokok kata.
2.2.2 Pengelompokan Frasa
Frasa dapat dikelompokkan berdasarkan dua hal. Pertama berdasarkan sistem distribusi unsur-unsurnya dan kedua berdasarkan kesamaan distribusinya dengan kata.
1. pengelompokan frasa berdasarkan sistem distribusi unsur-unsurnya
Secara linguistik, distribusi adalah semua posisi yang ditempati oleh unsur bahasa. Posisi unsur jabatan kata : S, P, O, Pel, K merupakan tempat kata atau frasa berdistribusi. Frasa dapat dipilah atas frasa tipe endosentrik dan frasa tipe eksosentrik.
a. Frasa tipe endosentrik adalah frasa yang berdistribusi sama dengan salah satu unsurnya.
b. Frasa eksosentrik memiliki sistem distribusi yang berbeda dengan frasa endosentrik. Frasa endosentrik frasa yang dalam sistem distribusinya bisa di-“wakil”-I oleh salah satu atau oleh semua unsurnya.


2. pengelompokan frasa berdasarkan kesamaan distribusinya dengan kata
a. Jenis Kata
Jenis-jenis kata inilah yang menjadi tumpuan dalam menentukan jenis atau kategori. Jenis-jenis kata yang dimaksudkan adalah kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, kata keterangan, dan kata depan.
b. Jenis Frasa
Berdasarkan penjelasan kata dengan pemaparannya itu, dapatlah ditentukan jenis atau kategori frasa berdasarkan kesamaan distribusinya dengan kata. Menentukan kategori frasa ini bisa juga dilakukan dengan jalan menentukan unsur inti atau unsur utama dari frasa-frasa itu.
Berdasarkan dua macam cara pandang di atas dengan mudah dapat kita tentukan bahwa kategori frasa sesuai dengan enam jenis kata yang dipaparkan di atas, yakni ada enam ketegori pula. Kategori keenam tersebut ialah frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa numeral, frasa adverbial, dan frasa preposisional.
2.3              Klausa sebagai Alat Pembangun Kalimat
2.3.1 Klausa dalam Kalimat
Dalam penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, klausa selalu berada dalam kalimat baik dalam sederhana maupaun kalimat luas.
Contoh:
(1) bandung merupakan kota wisata
(2) udaranya sangat sejuk.
                                          
Klausa-klausa kalimat di atas adalah sebagai berikut:
(1a) bandung merupakan kota wisata
(2a) udaranya sangat sejuk

Ada kalimat yang terdiri atas satu klausa, dua klausa, dan ada yang lebih dari itu.

2.3.2 Jenis-Jenis Klausa
Klausa dapat diklasifikasikan dengan tiga macam cara:
1. klausa berdasarkan sifat distribusinya dalam kalimat, dikenal dua jenis klausa yakni klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas ialah klausa yang bisa berdistribusi dalam kalimat secara mandiri. Contoh:
a. negeri ini kaya raya
b. ia pintar
klausa terikat ialah klausa yang tidak bisa hadir secara mandiri dalam membangun kalimat. Kalusa ini bergantung pada klausa bebas. Contoh:
a. sebelum kita ditegur
b. karena ia sakit
2. klausa berdasarkan kategori predikat
Berdasarkan kategori kata atau frasa pengisi predikat, klausa dapat diklasifikasikan atas lima jenis, yakni
a.       klausa nominal
b.      klausa verbal
c.       klausa adjektival
d.      klausa bilangan
e.       klausa preposisional.
3.   Klausa berdasarkan peranannya dalam kalimat kompleks
Berdasarkan peranannya dalam kalimat majemuk, klausa dapat diklasifikasikan atas dua jenis, yakni klausa utama dan klausa bawahan. Klausa utama atau klausa inti lazim disebutkan induk kalimat, sedangkan klausa bawahan lazim disebut anak kalimat. Contoh:
Kalimat, ketika kami belajar masuklah tamu itu klausa inti masuklah tamu itu, dan klausa bawahan ketika kami belajar.



BAB III
PENUTUP  
3.1        Kesimpulan
1.      Frasa dapat dibatasi dengan rumusan, (1) satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi dalam satuan kalimat; (2) gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikat dan tidak pula majemuk.
Frasa bisa dikelompokan dengan cara-cara berikut:
a.       Berdasarkan sistem distribusi unsur-unsurnya, Frasa tipe endosentrik adalah frasa yang berdistribusi sama dengan salah satu atau dengan semua unsurnya. Frasa eksosentrik yakni tipe frasa yang tidak bisa berdistribusi sama baik dengan salah satu maupun dengan semua unsurnya.
b.      Berdasarkan kesamaan distribusi dengan jenis kata, frasa bisa dipilih menjadi frasa nominal, verbal, adjektival, bilangan, preposisional, dan frasa adverbial.
2.      Klausa ialah satuan gramatika sebagai unsur pembangun kalimat yang minimal terdiri atas unsure predikat. Artinya, klausa bisa terdiri atas unsure subjek + predikat (S+P), subjek + predikat + objek (S+P+O), subjek + predikat + objek + keterangan (S+P+O+K), dan lain-lain.
Klausa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.       klausa berdasarkan sifat distribusinya dalam kalimat, dikenal dua jenis klausa yakni klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas ialah klausa yang bisa berdistribusi dalam kalimat secara mandiri. Contoh:
a. negeri ini kaya raya
b. ia pintar
klausa terikat ialah klausa yang tidak bisa hadir secara mandiri dalam membangun kalimat. Kalusa ini bergantung pada klausa bebas. Contoh:
a. sebelum kita ditegur
b. karena ia sakit


b. Berdasarkan kategori kata atau frasa pengisi predikat, klausa dapat diklasifikasikan atas lima jenis, yakni
a.       klausa nominal
b.      klausa verbal
c.       klausa adjectival
d.      klausa bilangan
e.       klausa preposisional.
c.       Berdasarkan peranannya dalam kalimat majemuk, klausa dapat diklasifikasikan atas dua jenis, yakni klausa utama dan klausa bawahan. Klausa utama atau klausa inti lazim disebutkan induk kalimat, sedangkan klausa bawahan lazim disebut anak kalimat.
Contoh Kalimat.
ketika kami belajar masuklah tamu itu klausa inti masuklah tamu itu, dan klausa bawahan ketika kami belajar.

3.2            Saran
Pembuatan tugas mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia Lanjut yang membahas tentang apa yang dimaksud dengan pengertian frase dan klausa, bagaimana frase sebagai pembangun kalimat, bagaimana klausa sebagai alat pembangun kalimat, penulis telah mencoba memberikan hasil pemikiran dengan sebaik mugkin. Namun, tentu saja tugas ini masih banyak terdapat kekurangan yang tak luput dari perhatian penulis, baik dari struktur penulisan maupun kelengkapan informasi yang terdapat didalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang dapat membangun guna untuk memenuhi kesempurnaan tugas ini. Penulis juga mengharapkan semoga tulisan ini dapat menjadi acuan bagi tugas-tugas berikutnya dan menjadi salah satu referensi yang bermanfaat.



DAFTAR PUSTAKA
Mulyo,Iyo. 2012 .Ihwal Kalimat Bahasa Indonesia dan Problematik Penggunaannya. Bandung: yrama widya.
Parera, J.D.2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta : Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar